Engelina Si Cantik Jualan Cendol
Pagi-pagi yang sangat cerah, burung-burung masih banyak yang berterbangan
dengan suara yang begitu indah. Pepohonan masih segar menghiasi penglihatan
saya di desa ini. Aman, damai, tentram dan jauh dari perkotaan sebut saja
kampung Getuk. Saya jalanan-jalan kesini, biasa anak muda ngetrip gitu biar
lebih mengeksplore keindahan alam Indonesia.
Widihh uda kayak acara tivi “My Trip My Adventure” aja.
Kekinian banget gituloh gua wkwkwkwk.
Acara ini gara-gara teman saya pernah
diejek sama temannya, katanya bilang “Kaosnya sih My Trip My Adventure main
jauh masih ditelpon Mamah” wkwkwk. Maka dari itu kita mengetrip. Saya gak
nyangka tempat ngerip disini enak banget untuk di jadikan wisata, ada air
terjunya, ada gunungnya, ada pantainya juga. Behhh…Behhh…Behhh. Kurang lengkap
gimana coba.
Siang
hari saya dan temen-temen main ke laut sambil nyelem di terumbu-terumbu karang
yang indah, sorenya kita main ke air terjun yang kenceng parah airnya, gak ada
sampah sama sekali, dan yang terpenting indah banget pemandangan di sekitar air
terjun. Pokoknya keren deh gak kalah sama yang di Curug Cilember. Begitu
melihat suasan kayak gini temen-temen saya langsung pada nyebur, ada yang salto
dari atas tebing berkali-kali, katanya si enak banget sampai ketagihan mainan
air terjun. Gimana gak ketagihan airnya aja seger kayak gini, jernih juga. Kata
orang-orang airnya juga bisa bikin kita awet muda. Waduhhh gawat ni, kalau
berendem disini kelamaan, nanti saya bisa jadi bayi dong. Hahahaha, ada-ada aja ni boca. Masak gara-gara kelamaan
berendem lama jadi gak awet muda lagi tapi langsung jadi bayi. Ya gak keles.
Tapi asyik banget deh di jamin, kalian kalau kesini sekali, pasti akan kesini
lagi, cocok untuk menghilangkan, penat, stress, atau yang lagi galau kesini aja
biar fresh lagi.
Gak
terasa waktu sudah malam aja saatnya naik gunung. Kenapa naik gunung itu
malam-malam hayo tebak??. Tau gak, mana para penakluk gunung?. Denger-deger
katanya biar bisa ngelihat sun set, kan kita naik gunungnya malam paling gak perjalanan
dari bawah sampai ke puncak gunung 4-7 jam lah, biar bisa menikmati momen sholat
subuh di puncak gunung. Keren banget pastinya, kalau gak percaya tanya aja sama
anak gunung. Gak percaya lagi tanya tu yang foto profilnya di BBM, FB, WA,
LINE, IG ada gambar gunungnya. Pasti pada jawab.
Meskipun
naik-naik ke puncak gunung tinggi-tinggi sekali. Tapi banyak pelajaran yang bisa
diterapin dalam kehidupan sehari-hari. Contoh; Saling bantu membantu sesama
tim, tidak pantang menyerah, berani mengambil resiko, cerdas dalam memilih
jalan sampai ke tujuan. Ilmu ini semua penting dalam kehidupan kita, ibarat
kalau kita punya tim terus ada yang suka individualis, pasti kerjaan kita lama
banget selesainya, bahkan bisa saling menyalahkan. Beda dengan satu tim yang
kompak dalam pekerjaan pasti lebih cepat selesai.
Dalam
naik gunung kita harus cerdas memilih jalan untuk nyampek tujuan. Ilmu ini juga
bisa diterapin dalam kehidupan sehari-hari. Masa` kita hidup cuma mengikuti
arus, gak punya prinsip, pasti ditipu terus sama orang. Apalagi dalam bisnis,
lu bisnis ikut-ikutan tapi gak tau tujuan kenapa bisnis itu, saya jamin deh
bangkrut. Maka dari itu harus menilih jalan yang cerdas untuk bisa nyampek
tujan kita. Banyak hal positif yang bisa diambil dari naik gunung.
Selesai muncak gunung kita masih
tinggal di desa Getuk. Saya gak sengaja bertemu dengan wanita yang sangat cantik,
tapi mau jualan es cendol di sekitar gubuk tanaman-tanaman padi. Kalau anak
gaul jaman sekarang mana mau coba. Saya coba mampir kesana untuk mencicipi es
cendol wanita ini. Mbak es cendolnya satu ya di minum sini. Jawab si mbaknya
dengan sopan “Iya mas silakan duduk, mau pakai nangka mas cendolnya?”. Iya mau.
Saya duduk sambil minum es cendol si cantik. Busettt baru sesendok rasanya enak
banget. Dalam hati saya “Ini harus di jual ke Jakarta, rasanya parah enak
banget”. Saya langsung tanya “Mbak ini gimana buatnya kok rasa bisa enak kayak
gini”.
Kata mbaknya “Ini
cedol warisan dari nenek saya dulu, cendol ini terkenal sampai kampung-kampung
sebelah pada kesini semua, saya buka dari jam 10-4 sore sudah habis, kadang jam
2 juga sudah habis”. Saya langsung menggeleng gelengkan kepala. Mbak tambah
satu lagi deh. Enak banget deh sumpah. Setelah ngobrol lama sama si mbak
penjual cendol saya langsung ngajak kerjasama, untuk buat es cendol di Jakarta.
Alhamdulillah mbaknya
setuju dan akhirnya kita usaha bareng jualan es cendol, saya bikin tampilan es
cendol yang biasa di kampung harga cuma Rp. 2.500 satu gelasnya, sekarang saya
kasih kemasan yang bagus dan varian rasa banyak, sehingga orang bebas memilih
rasanya, tak lupa topping selalu menjadi ciri khas unik dari pada cendol-cendol
lainnya. Harga juga bervariasi mulai dari 6000-18000 bisa kalian nikmati. Packaging
juga kece badai, jadi orang mau selfie-selfie tambah kelihatan kece, rasanya
juga enak tenan the best cendol deh.
Si cantik penjual cendol ini ternyata
namanya Engelina. Tubuhnya sexi, tinggi, serta warna kulitnya putih, rambutnya
menggoda, mirip Raisa gitu sebelas-dua belas. Engelina yang awalnya kampungan sekarang
menjadi idaman para pria, apalagi usaha cendolnya sudah dimana-mana. Berkat banyak
orang yang mau bermitra. Dulu orang jauh-jauh datang untuk mencicipi cendol,
sekarang dimana mana sudah ada. Sistem kemitraan yang di bangun juga sangat
bagus. penJualan selalu naik dari tahun-ketahun.
Wanita
yang dulu kampungan, sekarang sudah ngisi ke acara seminar wirausaha
dimana-mana. Wawasan juga semakin luas, wanita ini juga gak pelit untuk berbagi
ilmunya. Bahkan jadi wanita yang bisa membuat bangga kampungnya.
Sekolah-sekolah dia bangun di kampungnya gratis untuk anak yang tidak mampu.
Dulu kampunya tertinggal sekali, sekarang sudah banyak perubahan berkat kerja
keras dan perjuangan si cantik penjual cendol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar